dua puluh lima

tsaqifra
3 min readMay 30, 2024

--

sepertinya sudah menjadi agenda tahunan menulis tentang how life is going satu tahun kebelakang di hari ulang tahun. dengan begitu, aku bisa sedikit banyak melihat dan membandingkan kondisi kehidupanku dari tahun ke tahun.

satu tahun terasa panjang, padahal tidak. kadang juga terasa cepat, padahal tidak. dalam satu tahun ini bisa jadi banyak hal terjadi, bisa jadi juga tidak terjadi apa-apa — secara harfiah tidak mungkin, tapi kamu tahu maksudku.

tahun ini aku dua puluh lima tahun.

dua.puluh.lima.

bagaimana bisa aku mencapai umur 25 namun rasanya seperti umurku nyangkut di 21. ibaratkan pakai kurva, personal growth aku melandai di umur 21. grafiknya jelek. meningkat, tapi perubahan marginalnya tipis.

dua puluh lima.

apa yang berubah?

aku lanjutin kuliah S1. damn. kalau dipikir-pikir, umur segini belum s1? sementara temen-temen yang lain udah ada yang S2, double degree. dan aku masih baru banget memulai melanjutkan jalan yang panjang ini.

gapapa. aku selalu inget dan sebetulnya ga begitu peduli juga dengan timeline orang lain, ya. aku ga tahu itu baik atau buruk karena aku jadi beneran jalan di timeline sendiri, ga sekompetitif jaman smp/sma, kebanyakan pasrah — dan mengeluhnya.

ngambil S1 Ekonomi Pembangunan rasanya juga kayak deja vu. haha. 2017 lalu, kalau aku ga ambil st*n, aku bakal sudah lulus di jurusan yang sama. mungkin kenapa aku ambil Ekonomi Pembangunan pun karena sebagai bentuk penebusan apa yang ga aku ambil dulu.

ujugngnya sama, tapi jalannya beda. lebih panjang.

lanjutin kuliah ini juga bikin aku sadar kalau ternyata aku cukup menikmati belajar, asalkan tidak ada gangguan dan andai saja tanpa ujian. dan sayangnya, ada “gangguan”. apa boleh buat, itu keputusan yang aku ambil, konsekuennya harus aku terima.

apa lagi yang berubah?

pikiranku lebih jernih. aku sudah cukup sering ngomongin perubahan dan perkembangan my mental state di tulisan-tulisan sebelumnya; bagaimana isi kepalaku lebih sunyi, bagaimana sehari-hari pikiran dan hatiku lebih ringan, bagaimana aku bisa tenang dan senang melebihi tahun-tahun sebelumnya. all thanks to myself, orang-orang di sekitarku, dan TXT :)

gak ada hal yang bisa disebut sebagai pencapaian besar. semuanya nampak tipis-tipis, sederhana, tapi tetap berkontribusi.

apa yang tetap?

aku tetap tidak tahu apa yang aku mau. untuk kehidupan 5 tahun lagi. untuk kerjaan kedepannya. untuk minat-minat yang seharusnya aku sudah punya dan bisa dijadikan pilihan. untuk rencana-rencana yang seharusnya aku buat baik karena waktu maupun ekspektasi orang-orang. aku masih gak tahu gimana aku nantinya.

perjalanan mencari, memilih, menetapkan, ternyata jauh lebih panjang dari yang aku kira. atau bahkan tidak ada jawaban jelas sama sekali. lagipula aku juga gak punya motivasi untuk menjadi yang ter-. aku baik-baik saja menjadi mediocre, memilih hidup yang lebih tenang dan benar-benar keputusannya ada di tanganku. aku gak mau disetir-setir, aji mumpung.

apa lagi yang tetap?

aku tetap di tempat kerjaku yang sama, bidang yang sama, posisi yang sama, mengerjakan hal yang sama. oke, ini agak menyebalkan.

apa lagi yang tetap?

masi belum jadi album. for a quarter century. topik ini nyatanya sungguh makin tahun makin menakutkan. sebab sama sekali tidak ada kemajuan. dan aku merasa tetap nyaman sendirian.

akan ada waktunya. akan ada orangnya. saat ini akunya saja masih belum benar. gimana mau sama orang lain?

dua puluh lima tahun menjadi angka yang sudah cukup tua bagi sebagian orang, angka yang dianggap sudah cukup untuk menjadi sesuatu. namun dua puluh lima juga dianggap umur yang masih muda bagi sebagian orang lainnya, dimana masih awal untuk baru melakukan hal-hal. untuk menikmati hidup. untuk menjelajah kota-kota. untuk masih tidak apa-apa jika tidak tahu apa-apa.

dua puluh lima apa bedanya dengan sembilan belas, dua puluh satu?

tulisan ini agaknya menjadi sebuah pembenaran, reassurance diri sendiri karena sebetulnya banyak tekanan sana sini dalam menjadi dua puluh lima.

--

--